Jumat, 22 Maret 2013

Puluhan Tahun Punah, Katak Ini Akan Dihidupkan Lagi



Sekelompok peneliti dari berbagai institusi bekerja sama dalam Lazarus Project kini sedang berusaha menghidupkan kembali spesies katak Rheobatracus silus yang telah punah dengan memakai teknik implantasi transfer inti sel somatis ke sel telur dari spesies berbeda.

Spesies R silus adalah satu jenis katak khas Australia yang telah punah di tahun 1983. Spesies ini tergolong hewan gastric-brooding. Hewan ini menelan telurnya yang sudah terbuahi, kemudian menetaskan keturunannya di dalam perutnya dan "melahirkan" kodok muda melalui mulutnya.

Riset telah berlangsung selama 5 tahun. Dalam eksperimen, peneliti menggunakan telur segar dari kerabat jauh spesies R Silus, Mixophyes fasciolatus. Inti sel telur spesies itu diambil untuk dideaktivasi kemudian diganti dengan inti sel "mati" dari sampel jaringan spesies R silus.

Sampel jaringan tersebut diambil tahun 1970-an dan disimpan selama 40 tahun dalam conventional deep freezer. Hasilnya, beberapa telur secara spontan mulai membelah dan berkembang menjadi embrio tahap awal, menyerupai bola kecil dengan banyak sel hidup.

Meski sampai saat ini belum ada embrio yang mampu bertahan hidup, hasil uji genetis yang dilakukan oleh peneliti pada embrio yang terbentuk menunjukkan kalau embrio tersebut mengandung materi genetik dari spesies yang telah punah tersebut.

"Saat ini, kami sedang mengamati tahap demi tahap Lazarus bangkit dari kematian," kata ketua proyek Lazarus, Profesor Mike Archer, dari University of New South Wales, Sydney, yang dikutip oleh Science Daily, Jumat (15/3/2013).

"Kami berhasil mengaktivasi ulang sel yang telah mati menjadi sel hidup dan menghidupkan kembali genom kodok yang telah punah dalam proses ini. Sekarang kami memiliki awetan sel segar dari spesies tersebut yang bisa untuk digunakan dalam percobaan kloning di masa depan," jelasnya.

"Kami yakin rintangan yang kami hadapi di depan akan terkait aspek teknologi bukan biologis. Kami percaya kami berhasil melaluinya. Hal terpenting, ini memberikan harapan baru bahwa teknologi bisa berperan dalam konservasi di mana ratusan spesies amfibi di dunia sedang mengalami bencana kepunahan," ujar Archer.

Tim proyek Lazarus ini melibatkan peneliti dari banyak institusi. Hasil penelitian ini belum dipublikasikan di jurnal mana pun, namun telah diungkapkan kepada publik pada kegiatan TEDx DeExtinction di Washington DC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar